Tak ada manusia yang
terlahir sempurna
Jangan kau sesali s’gala
yang telah terjadi
Kita pasti pernah
dapatkan cobaan yang berat
Seakan hidup ini
takada artinya lagi...
(D'Massiv- Jangan Menyerah)
Hai, Kawan? Semoga kamu selalu berada dalam lindungan-Nya...
Yang akan saya tulis kali ini ialah sebuah renungan, khususnya
untuk diriku sendiri. Selama ini saya sibuk meratapi kekurangan saya, ketidakmampuan
saya, atau apa yang tidak saya miliki, hingga akhirnya hati ini penuh oleh rasa
iri dan benci. Hingga saya lupa bahwa dengan semua kekurangan itu saya masih
bisa bahagia dan membahagiakan orang lain, masih bisa menikmati dunia juga
beribadah, masih bisa bermanfaat dan membantu orang lain. Bukankah sebaik-baiknya
manusia yaitu yang bermanfaat bagi orang lain?
Bahagia tidak pernah menuntut kesempurnaan, karena
kesempurnaan itu sendiri bukan sesuatu yang nyata, kesempurnaan itu hanya
milik-Nya. Manusia selalu ingin menjadi sempurna, padahal tidak ada manusia
sempurna dan tidak ada manusia yang merasa sempurna, karena hakikatnya kita
tidak pernah merasa puas, bukan?
Berkali-kali saya jatuh bangun melawan ego saya. Kadang-kadang
saya bertahan dengan rasa syukur, namun lebih sering saya mengeluh dan marah,
marah pada kenyataan dan marah pada diri sendiri. Kenapa saya seperti ini? Kenapa saya tidak punya itu? Kenapa saya tidak
bisa melakukannya? Kenapa dia bisa sesukses itu, sedangkan saya tidak? kenapa saya
selalu gagal? Hingga saya lupa bahwa
nikmat Allah itu mengalir tiada hentinya setiap detik, dan tak terhitung
jumlahnya, infinity! Hingga saat ini, saya masih berjuang melawan diri saya,
dan perjuangan seperti ini membutuhkan waktu seumur hidup, berat memang.
Kadang saya merasa heran, saya berusaha membahagiakan orang
lain agar saya ikut bahagia, tapi kenapa bahagia dengan diri sendiri terasa
begitu berat? Setelah sekian lama merenung, saya baru sadar bahwa kebahagiaan
itu diciptakan dengan bersyukur sebanyak-banyaknya kepada Sang Pemberi Nikmat. Sulit?
Memang. Tapi rasa tidak puas terhadap diri sendiri itu lebih menyulitkan, di
dunia, juga di akhirat nanti.
Mencintai orang lain jauh lebih mudah daripada mencintai
diri sendiri. Tapi dengan bersyukur, insyaallah kita akan dapat menerima diri
kita sendiri. Intinya, cintailah dirimu, terimalah kamu sebagaimana Allah
menciptakanmu, seperti kata Mas Gun :
“Penolakan
orang lain memang menyakitkan tapi sungguh tidak ada yang lebih berat dan
menyakitkan selain penolakan dari dirimu sendiri. Padahal sampai mati nanti,
kamu akan hidup dalam tubuh dan sebagai jiwa yang itu adalah kamu sendiri,
tidak bisa ditolak dan diganti, sementara suatu ketika kamu harus
mempertanggungjawabkan semua itu.”- Kurniawan
Gunadi, dikutip dari www.kurniawangunadi.tumblr.com
(Bytheway, i absolutely want to meet this outstanding-and-amazing
writer, he makes me see this world in different way, also inspires me to do
good things in life, what a wise man!)
Kurang-kurangi mengeluh, sedikit demi sedikit, tidak
apa-apa, karena manusia memang sifat
dasarnya suka mengeluh dan selalu meminta
lebih. Perbanyak senyum, karena itu ibadah. Dan jangan lupa berbuat baik pada
siapapun, karena kebaikan akan selalu melekat di hati, dan hasilnya akan kita
tuai di hari nanti.
Ini nih, salah satu nikmat Allah yang diberikan pada saya. Bahagia.