Selasa, 03 Mei 2016

Mencintai Aku

Tak ada manusia yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali s’gala yang telah terjadi
Kita pasti pernah dapatkan cobaan yang berat
Seakan hidup ini takada artinya lagi...
(D'Massiv- Jangan Menyerah)

Hai, Kawan? Semoga kamu selalu berada dalam lindungan-Nya...

Yang akan saya tulis kali ini ialah sebuah renungan, khususnya untuk diriku sendiri. Selama ini saya sibuk meratapi kekurangan saya, ketidakmampuan saya, atau apa yang tidak saya miliki, hingga akhirnya hati ini penuh oleh rasa iri dan benci. Hingga saya lupa bahwa dengan semua kekurangan itu saya masih bisa bahagia dan membahagiakan orang lain, masih bisa menikmati dunia juga beribadah, masih bisa bermanfaat dan membantu orang lain. Bukankah sebaik-baiknya manusia yaitu yang bermanfaat bagi orang lain?

Bahagia tidak pernah menuntut kesempurnaan, karena kesempurnaan itu sendiri bukan sesuatu yang nyata, kesempurnaan itu hanya milik-Nya. Manusia selalu ingin menjadi sempurna, padahal tidak ada manusia sempurna dan tidak ada manusia yang merasa sempurna, karena hakikatnya kita tidak pernah merasa puas, bukan?

Berkali-kali saya jatuh bangun melawan ego saya. Kadang-kadang saya bertahan dengan rasa syukur, namun lebih sering saya mengeluh dan marah, marah pada kenyataan dan marah pada diri sendiri. Kenapa saya seperti ini? Kenapa saya tidak punya itu? Kenapa saya tidak bisa melakukannya? Kenapa dia bisa sesukses itu, sedangkan saya tidak? kenapa saya selalu gagal?  Hingga saya lupa bahwa nikmat Allah itu mengalir tiada hentinya setiap detik, dan tak terhitung jumlahnya, infinity! Hingga saat ini, saya masih berjuang melawan diri saya, dan perjuangan seperti ini membutuhkan waktu seumur hidup, berat memang.

Kadang saya merasa heran, saya berusaha membahagiakan orang lain agar saya ikut bahagia, tapi kenapa bahagia dengan diri sendiri terasa begitu berat? Setelah sekian lama merenung, saya baru sadar bahwa kebahagiaan itu diciptakan dengan bersyukur sebanyak-banyaknya kepada Sang Pemberi Nikmat. Sulit? Memang. Tapi rasa tidak puas terhadap diri sendiri itu lebih menyulitkan, di dunia, juga di akhirat nanti.

Mencintai orang lain jauh lebih mudah daripada mencintai diri sendiri. Tapi dengan bersyukur, insyaallah kita akan dapat menerima diri kita sendiri. Intinya, cintailah dirimu, terimalah kamu sebagaimana Allah menciptakanmu, seperti kata Mas Gun :

Penolakan orang lain memang menyakitkan tapi sungguh tidak ada yang lebih berat dan menyakitkan selain penolakan dari dirimu sendiri. Padahal sampai mati nanti, kamu akan hidup dalam tubuh dan sebagai jiwa yang itu adalah kamu sendiri, tidak bisa ditolak dan diganti, sementara suatu ketika kamu harus mempertanggungjawabkan semua itu.- Kurniawan Gunadi, dikutip dari www.kurniawangunadi.tumblr.com


(Bytheway, i absolutely want to meet this outstanding-and-amazing writer, he makes me see this world in different way, also inspires me to do good things in life, what a wise man!)

Kurang-kurangi mengeluh, sedikit demi sedikit, tidak apa-apa, karena manusia memang sifat
dasarnya suka mengeluh dan selalu meminta lebih. Perbanyak senyum, karena itu ibadah. Dan jangan lupa berbuat baik pada siapapun, karena kebaikan akan selalu melekat di hati, dan hasilnya akan kita tuai di hari nanti.

Ini nih, salah satu nikmat Allah yang diberikan pada saya. Bahagia.


“Mau sampai kapan mengeluh? Mbok hadapi dengan senyuman JJ-rahmactr




1 komentar:

 

Satu Cangkir Teh Tawar Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template