Senin, 19 Oktober 2015

Aku Tahu Kamu Lebih Tahu

0 komentar


Malam itu aku sedang curhat dengan salah satu sohibku melalui sebuah media sosial yang cukup hitz, bukan masalah yang pelik sebenarnya, hanya saja cukup mengganggu ketenangan batinku saat itu. (((ketenangan batin)))

Hingga pada akhir curhatan aku melontarkan sebuah pertanyaan yang bisa dibilang retoris.
“Menurutmu aku sekarang kudu gimana?” 

Pertanyaan manja! Aku menyadarinya setelah beberapa menit kemudian sohibku membalas dengan cukup panjang, tidak perlu kutuliskan apa jawabannya, yang penting dia telah menunjukan padaku bahwa sebenarnya aku sendiri sudah tahu jawabannya.

Aku harus bagaimana?
Pada siapa sebenarnya kita bertanya? Bukankah pertanyaan seperti itu pada dasarnya ditunjukan pada nurani dan akal kita sendiri? Apa yang harus kita lakukan, apa yang harus kita pikirkan, apa yang harus hati ini rasakan, sebenarnya tidak perlu diucapkan juga ditanyakan. Sohibku bilang, jika kita mengatakan “Ah, mulai sekarang aku akan sabar”, “Aku akan melupakannya”, “Aku harus rajin belajar” dan akan-akan yang lain, belum tentu kita akan bisa melakukannya.

Sebenarnya manusia itu nurut dan tunduk pada dirinya sendiri, mau minta pendapat orang lain pun, nanti pada akhirnya kita memilih jalan yang memang kita pilih. Misal saja ya, kita dihadapkan 2 pilihan, melakukan A atau B, hati kecil kita memilih B, namun kita merasa tidak percaya diri dan tidak yakin dengan pilihan kita, lalu kita bertanya mengenai pendapat si teman, “Mana yang harus kulakukan?” jujur saja, dalam benak kita pasti terselip keinginan agar si teman juga menyarankan kita memilih yang B, bukan? Mungkin karena memang manusia itu takut melakukan kesalahan dan ingin melakukan yang terbaik di mata orang lain, kan? Dukung keputusanku, yakinkan aku melakukan hal yang benar. Right?

“Apa adanya saja, kamu ngelakuin hal terbaik yang bisa dilakuin, milih hal terbaik yang bisa dipilih.” That’s absolutely right.

Karena Tuhan telah memberikan hidup seperti ini pada aku, bukan padamu, juga pada mereka. Hatiku tahu apa yang harus dirasakan, otakku tahu apa yang terbaik untuk dilakukan. Mungkin kita hanya perlu yakin dengan keputusan yang telah kita ambil, karena jika ternyata kita salah dalam bertindak, setidaknya kita diberi kesempatan untuk merasakan pengalaman-pengalaman mungkin tidak menyenangkan. Setidaknya kita jadi tahu bahwa yang lalu-lalu itu salah, dan yang terpenting, setidaknya kita telah melaksanakan keputusan terbaik yang kita buat saat itu.

 Ya kira-kira begitulah, memang sangat susah rasanya terjebak dalam ruang bimbang. Don’t take it so serious, karena yang nulis juga belum tentu merasa mudah melakukannya hehe. 

Nih, sebuah quote yang ngena dari sang sohib untukku, dari jawabannya yang panjang lebar, aku paling suka sama yang ini :

“Aku nggak bisa mutusin apa yang harus kamu lakuin, yang terbaik buat kamu, kamu yang tahu.” – Rizka Aulia



Jumat, 02 Oktober 2015

Topeng

0 komentar

Pernah tidak, kamu merasa atau lebih tepatnya menyadari dan merenungkan bahwa setiap orang yang kita temui itu hanyalah topeng? Begini, misal saja kamu pergi ke sekolah atau ke kantor dan bertemu dengan kawan-kawanmu, maka di sana kalian akan memiliki cerita baru, kehidupan baru, dan suasana baru. Baru di sini bukan dalam artian baru berkenalan atau baru beradaptasi. Baru yang kumaksud yaitu, bahwa kita meninggalkan (sejenak) cerita asli kita. Bisa dibilang bahwa tempat-tempat umum itu, merupakan pelarian dan pengabaian dari kepribadian dan kehidupan kita yang sebenarnya. Gini, gini...

Setiap orang memiliki kepribadian yang asli, yaitu yang hanya ia tunjukkan pada dirinya sendiri, ialah pikiran dan hati kita. Kita yang asli bukanlah kita saat berada di sekeliling sahabat kita atau bahkan di sekeliling keluarga kita. Kita adalah kita saat sedang menyendiri di kamar, tanpa handphone, tanpa bacaan. Kita adalah kita saat ada dalam kessunyian, saat sedang berdo’a kepada Tuhan. Kita adalah kita pada menit-menit terakhir  memejamkan mata untuk tidur malam Jadi seperti itulah kepribadian manusia, sependapat saya, tidak ada orang yang bisa menilai kepribadian seseorang hanya melalui sikap dan perilakunya terhadap orang lain, siapa yang tahu isi hatinya? 


Apakah kau pernah menyangka, orang-orang terdekat kita memiliki kehidupan yang kelam? Siapa yang menyangka bahwa teman sebangkumu sedang berjuang melawan penyakit mematikan? Siapa sangka sahabatmu ternyata membencimu dalam diam? Siapa sangka temanmu menginginkan kekasihmu untuk dijadikan kesayangan? Kita tidak pernah tahu kehidupan apa yang terjadi di luar raga kita. Lalu kau, aku, dan mereka berkumpul pada sebuah tempat, yang tempat itu sebenarnya merupakan pelarian dan kebohongan dari kehidupan kita yang sebenarnya. 

Kita berangkat sekolah, bertemu dengan teman, dengan kekasih, dengan guru, dengan musuh bebuyutan, juga mantan, lalu kita berinteraksi dengan mereka, menghabiskan waktu untuk bercanda dan hal-hal gila lainnya. Di saat-saat itulah kita melupakan sejenak masalah-masalah yang menimpa hidup kita, di tempat-tempat seperti itulah kita melupakan rasa sakit dan pahit dalam hati kita . Lalu sekolah usai dan kita masing-masing pulang ke rumah, dan kita kemudian kembali pada kehidupan kita yang sebenarnya. Bukan berarti munafik atau tertutup, sadarilah, bahwa pada dasarnya, manusia itu tercipta dengan ketegaran yang luar biasa.

- @rahmactr

Jumat, 28 Agustus 2015

Aku Tidak Berpikir dengan Akalmu

0 komentar
Kita hanya perlu untuk mengerti. Jika pikiranmu berlawanan dengan pikirannya, kau boleh saja menyangkal atau tidak setuju, tapi kau harus tahu bahwa itulah yang paling benar  baginya. Kau cukup saja menerima bahwa Tuhan memang menciptakan pola pikir yang berbeda-beda.

Tersenyum! Lihatlah bagaimana Tuhan telah memberimu kesempatan untuk mendengar apa yang dipikirkan orang lain, karena apa yang kamu dengar barulah sepersekian persen dari seluruh pikirannya. Beruntunglah kau mendengar dari mulutnya bagaimana ia memandang dunia! Masih banyak rahasia yang terselip dalam bilik-bilik hati maupun lipatan otaknya.  Kau harus berterima kasih pada Tuhan! Rasakanlah, dunia ini tidak berjalan dengan pikiranmu saja. Sadari bahwa manusia berpikir dengan caranya masing-masing.

Kaget boleh, tapi jangan marah.

Bisa jadi apa yang kaupikir benar itu hina di mata orang lain.

Minggu, 05 Juli 2015

We were all meant to fly

0 komentar
"There's a light inside of all of us, it's never hiding you just have to light it"

"It's the one thing that you've gotta trust, It's like a diamond, you just have to find it"

"if you ever feel like giving up
Yeah, let's remember that we were all meant to fly"

Kalimat dikutip dari lirik lagu Avril Lavigne yang berjudul "Fly".

Hai, ini untuk kamu yang merasa jatuh dan terpuruk, jangan menyerah ya. Bangun! Bangun! Aku sangat percaya kamu. Kamu bisa.

Kamis, 02 Juli 2015

Selamat Tinggal

0 komentar

Terserah, mau tetap tinggal atau hanyut ikut ombak? Selamat tinggal.

Minggu, 28 Juni 2015

Hatimu Jangan

0 komentar


"Cukup ragamu saja yang dibawa naik tinggi, hatimu jangan." -@rahmactr

Jumat, 26 Juni 2015

Temanku Ninja!

0 komentar

Lucu gitu, kami para perempuan cuma bisa terpingkal-pingkal di dunia nyata, tanpa berani mengganggu mereka yang sedang bertransformasi menjadi ninja.

Punya teman-teman cowok seperti itu gayeng dan bikin tertawa saja. Kami rata-rata sih memang 17 tahun, namun jangan remehkan tontonan semacam naruto atau spongebob, karena mereka masih jadi kesayangan.

Kami remaja, bebas jadi apa saja. Mau jadi bayi, mau jadi anak-anak, mau jadi orang dewasa, mau jadi lansia, terserah. Kami bisa jadi semuanya, kapanpun dan di mana pun kami mau.

Larang saja kami, toh kami akan menembus aturannya. Beri saja kami petuah, toh kami sudah merasa sangat benar.

Remaja, secara alami, memang seperti itu. Ingin bebas tapi juga cari perhatian.

P.S : Btw, melihat home mereka satu-satu untuk mengetahui siapa mereka sebenarnya, ternyata cukup menyenangkan :)

Kamis, 25 Juni 2015

Halo Merapi

0 komentar
Selamat Pagi, Alam
Terima kasih telah mencintaiku lewat dingin malammu.

Selasa, 23 Juni 2015

Menembus Jantung

0 komentar
Malam ini di kaliurang, tidur di rumah panggung dengan alas koran. Sangat dingin hingga merasuk tulang. Sarung tangan dan kaos kaki sudah ku kenakan, jaket selimut juga ku tempelkan. Namun malam ini sepertinya malam terdingin seumur hidupku.

Dingin sekali. Dingin. Mataku terpejam setengah tidur. Gemelutuk gigi membuatku tetap terjaga.

Malam ini, dingin setengah mati. Merasuk tulang, menembus jantung

Senin, 22 Juni 2015

An Invisible Euphorbia

0 komentar
"Aku nggak bisa berbaur..." - euphorbia

"... yang jadi aku makin merasa sendirian" - euphorbia

"...kamu nggak ngerasain di posisi aku" -euphorbia

"Aku nggak punya temen" - euphorbia

"....kayak anak ilang" - euphorbia

Euphorbia sebenarnya anak yang baik. Namun ia terlalu polos dan lemah, juga sulit bergaul.

Euphorbia selalu dipermainkan, ia dicaci maki dan disalahkan, ia ditindas dan diremehkan. Ia menyendiri dan dikucilkan, ia bingung dan terasingkan.

Ia menangis dan dibiarkan. Ia sembunyi dan ditertawakan. Ia dihujat dan digunjingkan. Ia sendiri dan tak berteman.

Euphorbia tak terlihat, ia terlupakan, tak terhitung, tak dianggap. Sendiri setiap saat.

Kepribadiannya jadi kaku, selera humor minus, dingin, sensitif, pikirannya negatif, suka waspada. Kata-kata yang keluar dari mulutnya pun pedas, niatnya bercanda, namun tak ada yang menerima.

Euphorbia tenggelam, katanya pernah berniat bunuh diri.

Euphorbia merasa sangat kecil.

"Thanks Rahma, aku terharu :") Nggak banyak yang ngucapin soalnya :(" -euphorbia the invisible

Begitu katanya, ketika aku memberi ucapan ulang tahun yang sudah terlambat 6 hari.

Euphorbia, seseorang yang sering dilupakan. Maaf ya dulu aku pernah jahat juga.

Di setiap lingkungan, pasti ada yang seperti ini kan?

Minggu, 21 Juni 2015

Maaf

0 komentar
jammer
pardon
Sorry
vabandust!
nagdaramdam
anteeksi
pardon!
Verzeihung!
bocsánat!
brón
ごめんなさい
미안합니다
atsiprašau!
Жал
beklager!
Przepraszam.
desculpe
perdão!
pardon!
простите
жао
prepáčte
oprostite!
¡disculpe!
förlåt!
ขอโทษ
Affedersiniz
вибачте
 معاف کرنا
xin lỗi
Mae'n ddrwg gennyf

Maaf. Maafkan aku. Maafkan aku, karena tidak ada kala itu. Karena tidak bisa membantu, karena tidak berguna untukmu. Maafkan aku, tidak membalas jasa baikmu. maaf aku terlambat.

Kamis, 18 Juni 2015

Pagi Tadi Menyenangkan

0 komentar
"Cinta itu tidak butuh waktu lama, tidak butuh kejadian spektakularia, tidak butuh perantara. Cinta itu menyenangkan, semua orang setuju" - Nabila CS

Cinta itu menyenangkan seperti yang dikatakan, bahkan patah hati pun terasa indah saat jatuh cinta, terutama saat kau benar-benar jatuh, dalam cinta.


Tapi terkadang,
Cinta itu menipu. Saat itu aku percaya, setengah mati percaya padanya, padahal realitanya dia berboh- tidak-tidak, aku percaya kau tidak berbohong. Aku punya bukti, walau hanya secuil hati.


" Padahal aku percaya sekali padamu, dan akan tetap percaya" - hatiku, 2 Juni 2015



Kau. Pagi tadi menyenangkan.




#pakpolisiblog

Senin, 12 Januari 2015

Yang Terakhir

0 komentar

Yang terakhir tak selalu sebagai pengakhir. Yang terakhir bisa saja justru menjadi yang awal, karena yang terakhir akan membawa sesuatu yang baru. Terakhir bukan berarti berakhir, terakhir hanyalah urutan, bisa saja setelah kau yang terakhir, urutan dimulai lagi dari awal, karena sebenarnya memang belum berakhir. Jangan takut jadi yang terakhir, yang terakhir mungkin akan ditinggalkan, namun mereka meninggalkanmu dengan menitipkan masing-masing pengalaman. Yang terakhir tak harus yang opaling kecil, bisa saja dia yang terdewasa di antara yang awal. Tenang saja, kau yang terakhir bukan berarti paling nol, asal kau mengisi lingkaran itu dengan pelajaran yang kau peroleh dari pendahulu mu.

Minggu, 11 Januari 2015

Vredebug, Sang Penutur Kisah

0 komentar

Vredeburg, Sang Penutur Kisah Sejarah

Dari diorama satu ke diorama berikutnya, masa-masa itu terulang kembali.

Dengan gaya arsitektur eropa kuno, Museum Benteng Vredeburg berdiri kokoh di Jalan Ahmad Yani No.6, Yogyakarta. Museum peninggalan Belanda yang awalnya bernama “Rustenburg” ini, dahulu berfungsi sebagai markas dan benteng pertahanan Belanda, juga sebagai alat untuk memata-matai Keraton Yogyakarta.

Pada kawasan yang luasnya 2,5 hektar, Museum Benteng Vredeburg menyimpan puluhan kisah bersejarah yang terjadi di Indonesia. Mulai dari masa perlawanan dengan para penjajah, masa kemerdekaan, hingga masa pasca kemerdekaan Indonesia.
“Koleksinya bagus, karena menggambarkan peristiwa secara runtut dan jelas” ujar Wahda, salah satu wisatawan asal Makasar saat berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg.

Jika kita melihat diorama pertama hingga diorama terakhir, kronologi peristiwa sejarah di Indonesia pun tersaji dengan urut, sehingga pengunjung dapat memahami peristiwa-peristiwa tersebut dengan baik. Empat ruang diorama yang ada pada museum ini mampu membawa para pengunjung ke masa lalu, walaupun ada beberapa diorama yang tidak urut waktunya pada ruang diorama 2.

Pada setiap ruang diorama, terpapar peristiwa penting pada masa lalu, dengan miniatur 3 dimensi, lengkap dengan deskripsi peristiwa beserta tempat dan waktunya. Museum yang dahulu menjadi saksi bisau peristiwa serangan umum 1 Maret ini merupakan tempat rekreasi yang baik, sekaligus tempat untuk menambah wawasan sejarah kita.

“Museum yang bagus, sangat cocok untuk mengenang masa lalu, terutama bagi para orang tua yang sudah lahir dan mengalami masa-masa itu,” ungkap Puji Praptiwi, pengunjung berusia 61 tahun sambil tersenyum.

Tumbuhkan Budaya Produktif Melalui Tulisan

0 komentar


      Pers atau media cetak mulai muncul dan dikembangkan di Indonesia oleh para kaum muda pada awal abad ke-20. Mula-mula, golongan intelektual pribumi pada masa kolonial Belanda dulu, atau yang disebut dengan priyayi, menuangkan gagasan mereka di media cetak mengenai isu-isu perubahan yang terkait dengan peningkatan status sosial rakyat bumiputra dan peningkatan kehidupan di bidang sosial, ekonomi, budaya. Pada masa itu, surat kabar yang diterbitkan oleh bumiputera mulai muncul, seperti Ilmoe Tani, Kabar Perniagaan, Pewarta Prijaji,Sinar Djawa, dan lain-lain. Berbagai macam surat kabar tersebut dirintis oleh para jurnalis muda pribumi yang berpikir kritis dan luas, dan dibaca oleh sebagian besar kaum muda terpelajar pada saat itu. Oleh karena tulisan-tulisan jurnalis muda itulah, Indonesia mengalami kemajuan.

     Jika kita tengok pada era modern ini, era saat teknologi merajalela, mengalihkan dunia dari yang serba manual menjadi serba canggih dan otomatis, kaum muda lah yang menjadi sasaran empuk para pengusaha teknologi. Dengan praktisnya, remaja dapat mendapatkan segala informasi melalui gadget yang mereka miliki. Wawasan, hiburan, bahkan pornografi juga dapat diakses dengan mudah melalui internet. Remaja dapat membaca berbagai macam tulisan seperti, cerita, buku, berita, artikel, dan juga ilmu melalui internet. Jika dipikir-pikir, betapa indah dan mudahnya kehidupan remaja masa kini dengan adanya fasilitas-fasilitas canggih tersebut. Hanya dengan duduk, remaja dapat menjadi pintar dan tahu banyak hal. Hal tersebut memang memudahkan remaja sebagai pelajar untuk belajar, namun di sisi lain dapat membuat kaum muda Indonesia menjadi kaum yang berbudaya konsumtif dan malas, yang hanya mau terima jadi. Lalu bagaimana kehidupan di dunia ini pada masa mendatang dengan kaum muda saat ini sebagai generasi penerusnya?

     Sekarang, coba kita balik fakta-fakta yang terpapar di atas. Bagaimana jika berbagai macam informasi, cerita, berita, artikel, maupun ilmu merupakan hasil karya kaum muda? Dengan begitu, kita kembali ke abad 20, saat kaum muda terpelajar yang meramaikan dunia jurnalistik, saat kaum muda lah yang membawa kemajuan bagi Indonesia, dan saat kaum muda merupakan kaum yang produktif. Jika dikombinasikan dengan jaman modern saat ini, tentu saja menjadi lebih baik. Para remaja dapat menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisannya melalui media cetak maupun media massa. Dengan gadget yang canggih, remaja dapat menyalurkan karya-karyanya ke surat kabar, majalah, maupun situs internet yang dapat menampung ide-ide mereka. Tentu saja, buah pikiran para muda-mudi akan lebih alami dan kritis. Ide-ide kreatif yang tak terduga akan bermunculan

     Jadi, akan ada timbal balik antara remaja satu dengan yang lain, dengan memberikan informasi maupun hiburan kepada sesama kaum muda maupun kepada masyarakat luas. Dengan demikian, budaya produktif dengan sendirinya akan terbentuk yang disusul dengan budaya mandiri, rajin, kreatif, dan mampu berpikir kritis.


Rasa Lima Meter

0 komentar

Rasa Lima Meter

Tidak sejauh Majapahit-Kediri, hanya rata-rata lemparan lembing
Aku melihatmu dan kau menoleh dalam hitungan tujuh, menerka siapa yang membawa cinta
Dalam lingkaran yang saling singgung itu kau membelakangiku, sepuluh langkah lebih cepat
Terhalang tantangan beberapa nyawa, ku coba kembali ke tempat semula
Namun kau di sana menduduki tahta, kau raja sedang merindu permaisuri yang mati
Dan aku lah selir, dengan cinta lima meter

Jumat, 09 Januari 2015

Kertas Cinta

0 komentar

Ya, Nisa nama panggilannya. Pengurus Panti Asuhan Sajada memperkenalkanku pada gadis mungil ini, yang bersedia untuk ku wawancarai. Ia duduk santai dengan jilbab panjang dan rok yang menutupi kakinya, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kuajukan dengan jujur dan polos, bahkan sekali-kali ia gantian menanyaiku berbagai macam hal. “Mbak besok mau ngelanjutin kuliah di mana?” tanyanya penasaran, “UGM, dek,” jawabku. Tak kusangka perempuan mungil itu berdoa dan mengamini permohonanku, membuat air mata memenuhi kelopak mataku, kuusahakan agar tidak jatuh, malu menangis di hadapan anak setegar itu.
Nisa merupakan anak yang ramah dan menyenangkan, ia membawaku berputar-putar ke belakang panti asuhannya, mengenalkanku pada teman-teman santri dan juga kakak pengasuh, bahkan mengizinkanku melihat kamar tidurnya. Saat itu waktu sudah menunjukan pukul 2 siang dan aku belum sholat dhuhur, oleh karena itu aku sholat di mushola di samping panti, dan Nisa bersedia menungguku. Sholatku menjadi kurang khusyu’ karena aku memikirkan kehidupan Nisa yang kurang beruntung, memikirkan jawaban-jawaban Nisa yang menggetarkan hati, dan juga jalan pikirnya yang begitu dewasa menghadapi kenyataan yang ada.
“Kok kamu pingin jadi TKI, sih? Kenapa nggak melanjutkan SMA, kalau bisa nanti sampai kuliah, kan bisa dapet beasiswa?” tanyaku, merasa sangat tidak percaya mendengar cita-cita Nisa menjadi TKI.
“Enggak ah, ya kalau disuruh mama aja, aku mau ngelanjut SMA,” jawabnya santai, sambil berjalan menuju kantor depan, tempat kami melakukan wawancara tadi.
“Kalau misalnya kamu SMA, terus kuliah, kamu pingin jadi apa, Nis?” tanyaku lagi
“Hmm, apa ya? Pingin jadi dokter, aku takut darah. Pingin jadi guru, nanti muridnya lari semua,” jawabnya guyon, yang membuat aku terkekeh geli. Betapa masih polos dan jujurnya ia, atau karena ia sudah terlalu dewasa?
Jam menunjukan angka 3 sore saat aku hendak berpamitan dengan Nisa. Setelah aku berterima kasih dan memberikan sedikit nasihat dan motivasi, Nisa memberiku sebuah kertas putih yang telah ia ubah menjadi bentuk cinta, “Nih, buat embak. Makasih ya, mbak” katanya yang membuatku ingin menangis. Aku merasa malu karena tidak bisa memberi apa-apa untuk ‘adikku’ ini, semoga Nisa menjadi orang yang sukses dunia akhirat kelak, Ya Allah. Aamiin!

Impian Sederhana Tuk Bantu Mama

0 komentar
Rahma- Nisa





“Cita-cita kamu apa, dek?” tanyaku yang dibalas dengan ekspresi bingung dan sedikit gelengan kepala, “Aku mau jadi TKI saja setelah lulus SMP, mau bantu mama” ujar gadis polos penghuni Panti Asuhan Rumah Sajada dengan begitu tulusnya, membuat bulu kuduk ku berdiri seketika.

Annisa Nurul Santi dikirim ke Jogja, kemudian dititipkan kepada ‘budhe’ sebutan bagi orang tua angkatnya, sejak ayahnya meninggal pada tahun 2008 silam. Kehilangan sang ayah tak membuat Nisa larut dalam kesedihan meratapi nasib, pesan ayah untuk tidak boleh menangis menjadi salah satu penyemangat hidupnya.
 Perempuan berusia 14 tahun ini diangkat menjadi anak oleh sebuah keluarga selama 2 tahun, kemudian ia dikirim ke Panti Asuhan Rumah Sajada setelah lulus dari sekolah dasar. Menjadi anak angkat bukan merupakan hal mudah bagi Nisa, perasaan tidak nyaman selalu timbul karena ia merasa bahwa orang tua angkatnya membeda-bedakan dirinya dengan anak kandung asli keluarga itu. “Rasanya aku kayak hanya numpang makan dan tidur saja,” akunya.

Sebenarnya dulu Nisa tidak tahu jika akan dikirimkan orang tua angkatnya ke panti asuhan, mulanya ia hanya disuruh mengepak baju dan barang-barangnya, kemudian ia pamitan dengan keluarga angkatnya. Tidak tahunya Nisa dibawa ke panti asuhan, ia mengaku tidak terlalu kaget, karena sudah biasa berpindah-pindah tempat tinggal semenjak kematian ayahnya.
Ibu, kakak, dan adik Nisa tinggal di Serang. Pada awalnya sang ibu tidak tahu bahwa anak gadis satu-satunya kini tinggal di panti asuhan, namun pada akhirnya ibu rumah tangga ini menerima saja. Semenjak ayahnya meninggal, tidak ada orang yang mencari nafkah di keluaga Nisa. Mengingat hal itu, Nisa mengungkap bahwa kakak laki-lakinya putus sekolah setelah kelas 2 SMA karena tak punya biaya, dan hingga kini bekerja menjadi kuli bangunan di Serang. Nisa pun sadar akan kondisi ekonomi keluarganya, hal tersebut membuatnya menjadi lebih tegar dan ikhlas menjalani kehidupan. “Aku nggak pernah sedih sama kehidupanku, buat apa sedih? Dikasih kehidupan kok malah sedih,” tuturnya bijaksana, badan mungilnya tidak sepadan dengan jalan pikirannya yang bijak dan dewasa.
Mengenai cita-cita, siswi kelas 2 SMP Muhamadiyah 1 Godean ini memutuskan ingin segera bekerja menjadi TKI di luar negeri setelah lulus SMP nanti. Gadis manis ini mengatakan bahwa ia ingin membantu orang tua dan keluarganya di Serang sana, juga untuk meringankan beban keluarga. Perempuan berjilbab kelahiran 22 Juli 2000 ini ingin menjadi TKI di bidang pengasuhan anak. Namun rencana ini akan ia sembunyikan dari orang tuanya, “Kalau bisa mama nggak tau, tapi kalau mama tahu dan nggak mengizinkan, aku mau lanjut sekolah saja, sesuai harapan orang tua,” ujarnya dengan mata menerawang ke atas.
Tekad yang cukup berani bagi anak seumuran Nisa membuat siapa saja tak percaya mendengarnya, ia bahkan tak takut dengan dunia TKI di luar sana yang sering mengalami nasib buruk, “Asal niatku baik, insyaallah nggak papa,” begitu tulusnya kalimat Nisa. Di panti, Nisa mengaku kurang kerasan karena teman-teman santri yang kurang cocok dengannya, “Aku ini suka iseng orangnya, mungkin banyak yang nggak suka sama aku,” ujarnya sambil tertawa. Meskipun demikian, ia lebih memilih untuk tinggal di panti asuhan dibandingkan tinggal dengan orang tua angkatnya. Di panti, kebutuhan jasmani maupun rohani lebih terjamin.
Selama tinggal di Panti Asuhan, Nisa begitu merindukan ibu yang sudah 2 tahun tidak ia temui dan tidak tahu bagaimana kabarnya. Nisa sempat kaget karena pada bulan Desember 2014 kemarin, ibunya telah menikah lagi dengan seorang bapak yang memiliki satu anak laki-laki, oleh karena itu kini ia mempunyai 2 kakak laki-laki. Hal tersebut membuat Nisa sangat ingin pulang ke rumahnya di Serang, namun orang tua angkatnya tidak mengizinkannya pulang, Nisa sendiri tidak tahu alasannya. Ia mengaku sudah mengenal ayah barunya itu sejak lama, oleh karena itu Nisa setuju saja akan pernikahan ibunya. “Untuk mama, terima kasih ya sudah merawat Nisa. Jaga kesehatan mama di sana, jangan terlalu memikirkan aku, Nisa baik-baik saja di Jogja,” kalimat tersebut mengalir dengan rasa haru dari bibir Nisa, begitulah apa yang hendak disampaikan Annisa Nurul Santi untuk sang ‘mama’ jauh di Serang sana.

Kamis, 08 Januari 2015

Ketiban Pulsa

0 komentar
"Terimakasih telah melakukan pengisian ulang dgn SN blahblahblah senilai 25000"

      Itu bunyi sms dari operator. Aku sebagai orang yang membaca sms itu dan sebagai orang yang sadar bahwa ada pulsa sejumlah 25 ribu masuk ke nomorku, langsung tersenyum lebar dan heran. Siapa yang ngisi? Siapa yang membelikanku? Ayah? Ibu? Rasanya bukan. Dia. Jangan-jangan si dia, karena dia selalu tahu klalau aku kehabisan pulsa. Uhh jadi gr saja. Tapi masa sih dia? Atau orang lain? Atau pengagum rahasiaku? 

       Siapapun itu aku berterima kasih padanya. Ya meskipun sebenarnya pulsaku masih banyak, tapi kan lumayan bisa untuk paketan internet sebulan. Pikirku kemarin siang begitu membaca sms itu. Pulsa tambahan 25 ribu itu masih utuh hingga malam hari, karrna ya memang pulsaku masih sekitar 3ribu an dan aku sudah mendaftar paket internet untuk bulan Januari ini. Asik-asik! Jarang sekali ada yang membelikanku pulsa sebanyak itu. Tahu saja kalau dompetku menipis seiring berjalannya hari. Yuhu yuhu yuhuuuu, hatiku menari-nari memandangi nominal pulsa saat aku berkali-kali mengecek ulang jumlah pulsa ku.

       Aku tengah mengetik postinganku untuk hari kemarin saat tiba-tiba suara getar hape tanda telpon masuk berbunyi keras di dekatku. Nomor tak di kenal. Telpon itu dimatikat ketika baru saja aku hendak mengangkatnya. Ah siapa sih orang iseng saja, pikirku kesal. Beberapa detik kemudian ada sms masuk dari nomer-tak-dikenal tersebut.

"Kami dri counter blahblahblah, apakah ada pulsa masuk di no ini? krn tadi siang kami salah mengirim pulsa ke nomor mas/mbk dgn nominal 25rb?"

X_X -__________________-

Selasa, 06 Januari 2015

Harapan

0 komentar

Semua orang punya harapan. Semua orang berharap. Kita bisa berharap apa saja yang kita mau, ya karena kita sendiri tahu, tidak semua harapan itu menjadi kenyataan. Mungkin justru sedikit dari apa yang kira harapkan itu terkabul. Sehingga kemudian, orang-orang telah lelah dan menyerah akan tidak terkabulnya harapan-harapan itu. Orang-orang sakit hati dan marah, hingga muncul lah kalimat pemakan harapan, " Jangan lah berharap terlalu banyak". Ya jangan berharap. Jika tak berharap maka kita tak akan jatuh ketika tahu bahwa harapan itu hanya angan belaka yang tak nyata. Jika tak berharap, apapun itu yang kita dapat menjadi sesuatu yang mengejutkan, yangbtak pernah kita pikirkan. Bukankah itu baik? Atau buruk? Ya itu buruk. Kita tak bisa hidup tanpa adanya harapan. Karena harapan-harapan itulah yang membuat kita menjadi seperti ini. Harapan merupakan tujuan hidup. Tanpa harapan kita tak tau arah dan tujuan hidup kita, hingga akhirnya manusia tak melakukan apa-apa, karena ia tak berharap apa-apa. Maka berharap lah, namun jangan terlalu banyak.

Senin, 05 Januari 2015

Poetry For You

0 komentar

For mom, dad,
There is a lot of love in your eyes
A faith full pray in your cries
You shine my life like a sunrise
And in every your word, it’s always wise

You dry up my tears when a problem comes
You hug me when my heart is gloomy
You hold my hand when I don’t feel fine

You are the best thing I’ve ever have
A bright shine of my life
A warm smile that makes me feel safe

Minggu, 04 Januari 2015

Jatuh Cinta

0 komentar

                JATUH CINTA


       Biarkan saja perasaan ini tetap pada posisinya, tak usah kau coba untuk mengubahnya. Jangan pernah takut akan sakit hati, karna hati bukanlah kucing yang selalu dimanja, hati butuh rasa-rasa menyakitkan seperti itu untuk menjadikannya kuat, agar tidak kaget bila mendapat hantaman yang lebih besar kelak.

       Jangan pernah takut cemburu, karena cemburu merupakan ukuran cinta seseorang, semakin tinggi tingkat cemburu itu, semakin besar pula rasa cinta yang kau miliki. Jila tak mau cemburu, jangan pernah berani jatuh cinta. Memangnya hidup itu sempurna?!

       Tak usah takut ditolak, tidak semua manusia itu beruntung. Penolakan cinta sebenarnya merupakan salah satu jalan bagi kita untuk bercermin, sudah cukup baik kah? Cukup mapan kah? Cukup tampan kah? Cukup cinta kah? Hadapi, terima, dan jalani saja apapun itu keputusannya. Jika kau ditolak, kau boleh menangis, boleh marah, boleh sakit hati. Bukankah sudah kubilang untuk tidak takut sakit hati? Menangis dan marah lah hingga sakit itu hilang sendirinya, hatimu mungkin memang sedang perlu disakiti.


       Namun jangan pernah menyesal untuk jatuh cinta, jangan pernah menutup hatimu dengan luka yang kau buat-buat sendiri, luka yang kau tumbuhkan karna kau menyesal jatuh cinta padanya. Jangan. Biarlah sakit maupun indahnya cinta berjalan seiringan dengan kehidupanmu. Jangan berharap indahnya saja, apalagi sakitnya. Percayalah itu semua merupakan pemberian Tuhan yang kau butuhkan. Cinta tanpa sakit dan benci itu film barbie, benci tanpa cinta itu psikopat.

Selamat hari Minggu.

Sabtu, 03 Januari 2015

Gengsi

0 komentar



      Ingin sekali rasanya memuji, tapi tidak mau kalau dia merasa bangga dan senang? Ingin sekali meminta bantuan, namun masa meminta tolong pada yang lebih lemah? Ingin sekali berterima kasih, namun tidak suka terlihat lemah?

Apa salahnya mengatakan apa adanya yang ada pada perasaan kita? Pada hati dan pikiran kita? Mengapa terkadang kita meremehkan hal yang hebat, padahal hati dan pikiran kita sebenarnya mengagumi? Itulah yang disebut gengsi. Sebuah penyakit hati tentang harga diri yang maunya tinggi. Manusia biasanya mengatakan Enggak tuh, biasa saja saat melihat lukisan sang musuh yang bagus, atau bahkan kecantikan pada sahabatnya sendiri. Gengsi merupakan penyakit kelanjutan dari iri dan dengki. Jika suda iri, tak ada yang baik dalam diri orang itu, entah itu musuh atau bahkan sahabat terdekat kita sendiri, berat sekali rasanya memberi pujian. Yang keluar justru hinaan yang menyakitkan hati. Semata-mata karena kita sebenarnya ingin seperti mereka, ingin memiliki apa yang mereka punya.

Untuk apa kita merasa gengsi akan hal-hal seperti itu? Bukan berarti manusia itu jahat, namun manusia hanya tidak suka melihat manusia yang lain senang. Sifat-sifat itu lah yang merusak generasi, yang merusak bangsa, merusak alam, merusak bumi, dunia, bahkan merusak manusia itu sendiri. Namun memang Tuhan tak menciptakan manusia untuk menjadi sempurna, sifat-sifat itu diletakan pada hati manusia, agar kita mampu melihat dan melakukan kebaikan. Karena kebaikan tak akan terlihat tanpa kita merasakan kejahatan terlebih dulu. Yang dapat kita lakukan yaitu sebisa mungkin menghapus kerak-kerak kejahatan yang mendasar pada hati dan jiwa kita, agar menjadikan kita manusia yang berperan sebagai manusia.

Profil Rinda : Tertantang Rumitnya Biologi

0 komentar

                   Ingin Jadi Dokter
         Tertantang Rumitnya Biologi
Rinda-Rahma



    Rinda Gustanti tengah mengantri mukena di mushola saat saya mendatanginya. Perempuan ini lahir di Magetan pada 3 November 1997, Rinda merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara dari keluarga Bapak Gusto. Gadis Jawa Timur ini kini duduk di bangku kelas XII di SMA Negeri 1 Masopati. Rinda bersama kelurganya tinggal di Dusun Jajar, Katoharjo, Magetan. Saat itu, Rinda bersama teman-temannya sedang menghadiri acara rohis se-nusantara di XT Square, Jogjakarta.


    Dara berusia 17 tahun ini rupanya bercita-cita menjadi dokter, namun ia merasa sedikit pesimis karena rata-rata rapotnya kurang aman untuk lolos SNMPTN. Meski demikian, Rinda selalu berusaha keras untuk mewujudkan cita-citanya. Baginya, dokter merupakan pekerjaan yang menantang karena harus menyelamatkan hidup banyak orang. Rinda berharap jika menjadi dokter kelak, ia ingin membuka praktek di daerah tertinggal, agar bisa membantu mereka yang tidak mempunyai biaya untuk berobat. Di samping itu, pelajaran biologi lah yang membuatnya tertarik menjadi dokter, Aku suka pelajaran biologi. Menurutku tubuh makhluk hidup itu unik banget, semakin kita pelajari, semakin bikin penasaran, aku jadi sangat tertantang dengan biologi. Maha Suci Allah yang menciptakannya begitu sempurna dan rumit ujar pecinta jogging itu lembut.


    Impian tak begitu saja tergantung tinggi bagi Rinda, ia perlahan-lahan mewujudkan impian-impiannya dengan prestasi yang ia miliki. Sosok yang mudah bergaul ini pernah meraih juara kelas, mendapat juara harapan 3 pada lomba di tingkat kabupaten, dan juga juara 2 lomba cerdas cermat. Tak hanya itu, Rinda merupakan siswa yang cukup aktif di sekolah, terbukti dengan pernah menjabatnya Rinda sebagai bendahara umum di Formasi masa jabatan 2013-2014.

Profil Safira : Ingin Jadi Penyelamat

0 komentar


Bercita-cita menjadi dokter
Ingin Jadi Penyelamat
Rahma-Safira


Gadis bernama lengkap Safira Nurul Khotimah, lahir pada 5 Agustus 1998. Anak kedua dari 2 bersaudara ini, kini tengah menempuh pendidikan di SMA Negeri 3 Cilacap, dan menduduki bangku kelas XI. Perempuan berusia 16 tahun ini tinggal di Jl. Rama No. 40, Gumilir, Cilacap. Kala itu, Safira bersama keluarganya tengah berlibur ke Jogja.

Safira merupakan siswa yang cukup aktif di sekolahnya, selain menjadi anggota organisasi rohis (Rohani Islam), perempuan kelahiran Cilacap ini juga aktif di kegiatan PMR dan KIR. Di Rohis, Safira berperan dalam divisi dewan dakwah, yaitu divisi yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penyiaran dakwah. Gadis yang memiliki hobi membaca dan menonton film ini merupakan seorang yang cukup pintar, beberapa kali ia ditunjuk untuk mengikuti CCA (Cerdas Cermat Agama) di sekolahnya.

Jiwa sains dalam diri Safira memang sudah terbentuk, sifatnya yang selalu merasa penasaran akan hal-hal baru, membuat gadis penyuka Cappucino Cincau dan kentang goring ini suka melakukan penelitian dengan mengikuti ekskul KIR di sekolahnya.

Selain KIR, Safira memilih ekstrakurikuler PMR karena ia sendiri bercita-cita menjadi dokter. “Aku ikut PMR biar bisa latihan jadi dokter, agar jiwa dokterku terbentuk sejak dini” ungkapnya sambil tertawa. Ia ingin menjadi dokter agar bisa menyembuhkan orang-orang yang sakit dan menyelamatkan orang-orang sebisa mungkin, selain itu ia berkeinginan untuk merawat orang tuanya jika mereka sudah tua kelak. Bagi Safira, orang tua merupakan segala-galanya, “Ibu dan ayah telah mendidikku dari kecil hingga saat ini,” tambah perempuan berparas manis ini . Oleh karena itu ia bersungguh-sungguh mengejar cita-cita agar bisa membanggakan orang tuanya.

Profil Lentik : Orang Tua Jauh, Jadikan Sebagai Motivasi

0 komentar



Orang Tua Jauh, Jadikan Sebagai Motivasi

Lentik-Rahma


          

Lentik Indah Aswari merupakan putri pertama dari 2 bersaudara. Lahir di Yogyakarta pada 20

Februari 1997, kini gadis berjilbab ini telah duduk di bangku kuliah, saat ini ia sedang menempuh studi di jurusan PGSD di UAD (Universitas Ahmad Dahlan). Perempuan berusia 17 tahun ini tinggal di Purwokinanti PA1/219, Pakualaman Yogyakarta. Bersama eyang, Lentik tinggal di Yogyakarta, sedangkan orang tuanya berada di Cilacap.

Sesuai pendidikan yang  telah ia tempuh selama satu semester ini, Lentik bercita-cita menjadi guru. Ia ingin mencerdaskan anak-anak bangsa, ia juga ingin memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia, terutama yang berada di daerah pelosok sana. “Aku ingin menjadi guru yang baik bagi nusa bangsa,” ujar penggemar film edukasi ini.

Pecinta nasi goreng dan mi ayam ini menjadikan orang tua sebagai motivasi hidupnya. Jarak yang memisahkan mereka bukan jadi penghalang bagi Lentik untuk menggapai cita-citanya,  namun justru sebagai motivasi dan penyemangat hidup. Lentik mengaku bahwa ia mengobati rindu kepada orang tuanya di Cilacap dengan belajar. Hal tersebut akan membuatnya tenang, karena ia akan mengingat amanah orang tuanya untuk menempuh studi di Yogyakarta.

Untuk menggapai cita-citanya menjadi guru, perempuan yang saya temui di sebuah toko buku ini  berpegang pada motivasi hidupnya, “ Don’t give up, kita harus selalu berusaha agar menjadi yang terbaik,” ungkap Lentik sembari memilih-milih buku.
 

Satu Cangkir Teh Tawar Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template