Jumat, 27 Januari 2012

Si Pahlawan Kebersihan

Karya : Atri Rahma Citra

“ Allahhuakbar..Allahhuakbar…!“ Adzan subuh berkumandang dengan lantang, Pak Sobirin bergegas menuju masjid dengan mata berbinar-binar, penuh keyakinan. Sesampainya di masjid, diambilnya air wudhu, dibasuhnya tangan, muka, rambut, telinga, dan kaki. Lalu ia segera menunaikan sholat subuh berjamaah, 2 rakaat pun selesai. Pak Sobirin berdo’a memohon ampun kepada Allah S.W.T, setelah itu ia pulang ke rumah, dilihatnya kedua anaknya masih tertidur pulas, segeralah Pak Sobirin membangunkan ke dua anak perempuannya untuk segera sholat subuh.

“ Suci, bangun nak! Sholat subuh, ajaklah adikmu Tanti pergi ke masjid! “ Pak Sobirin membangunkan anaknya.

“ Iya pak, bapak mau kerja? “ Tanya Suci anak sulungnya yang sudah kelas VII.

“ Iya, masaklah air seperti biasa, kunci rumah bapak tinggal di kamarmu.” Jawab Pak Sobirin.

Seperti biasa Pak Sobirin pergi meninggalkan ke dua anaknya untuk bekerja, pekerjaan Pak Sobirin adalah pemulung jalanan. Pak Sobirin pergi pada pagi hari dan pulang pada sore hari, namun ia tak pernah mengeluh, panas terik tak dirasa, hujan rintik pun tak mengapa demi menghidupi ke dua anak perempuannya yang sudah tidak mempunyai ibu. Istri Pak Sobirin sudah meninggal 3 tahun yang lalu karena sakit jantung. Anak perempuan sulungnya bernama Suci yang sudah kelas VII, setiap pagi Suci menanak nasi, memasak air, memandikan dan menyuapi adiknya Tanti yang baru berusia 5 tahun, setelah itu Suci mengantarkan Tanti ke TK, lalu berjalan kaki menuju SMP.

***

Pak Sobirin berjalan dengan karung kumalnya dengan tegap seperti pasukan baris-berbaris, dari belakang terlihat seperti karung yang berjalan karena karung kumalnya yang sangat besar menutupi tubuhnya yang kurus kering.Dari desa, perumahan, jalan raya hingga ke kota memungut sampah sampah dan memasukkannya kedalam karung kumal, itulah yang slalu ia lakukan setiap hari. Baginya, karung adalah sahabatnya yang slalu ia bawa jika bekerja. Pak Sobirin tidak pernah mengambil barang-barang berharga milik orang, jika ia menemukan barang-barang berharga milik orang lain, dikembalikannya kepada yang punya. Meski sering mendapat cemoohan dari orang-orang, Pak Sobirin tetap sabar dan tegar menghadapi semua rintangan dan cobaan. Pekerjaan Pak Sobirin adalah pekerjaan yang mulia, ia memunguti sampah-sampah agar lingkungan menjadi bersih, ia menjalani semua itu dengan ikhlas.

“ Sobirin! Kamu yang mengambil mainan milik anakku ya ?” Tuduh Pak Sugih seorang pemilik restauran yang kaya raya.

“ Aghstaufirullah tidak pak! Saya tidak mengambil mainan milik anak bapak. “ Jawab Pak Sobirin dengan yakin.

“ Halah…jangan berkecoh kamu! Sudah sana pergi! “ Teriak Pak Sugih.

“ Ya pak, permisi “ jawab Pak Sobirinn sopan.

Meskipun Pak Sugih telah menuduhnya mencuri mainan milik anaknya, Pak sobirin hanya bisa bersabar dan mengelus dada, lalu ia meneruskan perjalanan ke perumahan, dipungutnya botol-botol bekas, kardus, kaleng-kaleng bekas. Namun tiba-tiba matanya tertjuju ke arah benda kecil, persegi, hitam dan tebal, diambilnya benda itu lalu dibuka.

“Agsthaufirullahhal’azim! Dompet siapa ini?” Pak Sobirin menarik sebuah KTP dan membacanya dengan perasaan takut. Di dalam KTP itu tertuliskan, Nama : Hj. Muhamad Saleh. Dompet itu terjatuh dari tangan Pak Sobirin, hatinya berdegup kencang, tangannya gemetar. Lalu segera ia mengambil dompet itu dan dikembalikannya kepada pemiliknya.

“ Assalamualaikkum Pak Haji! “ Pak Sobirin mengetuk pintu rumah Pak Haji Saleh.

“ Waalaikkumsalam, eh Sobirin ada apa? “ tanya Pak Haji.

“A..annu pak, tadi saya menemukan dompet bapak terjatuh di selokan.” Jawab Pak Sobirin takut.

“ Oh…, ya…ya… makasih, kenapa wajahmu pucat Rin? Tanya Pak Haji.

“ Tidak kok pak, saya cuma takut jika uang nya kurang, tapi demi Allah saya tidak mengambil pak! “

“ Tidak…tidak, tidak kurang kok! Ini sebagai imbalannya ambilah untuk beli beras!” Pak Haji memberikan uang sebesar Rp 100.00,00 pada Pak Sobirin.

“Alhamdullilah… terimakasih pak! “

Terik matahari membakar kulit Pak Sobirin yang hitam, peluh keringat pun bercucuran, namun Pak Sobirin tetap berjalan menuju perkotaan untuk menjual hasil sampahnya hari ini, hasilnya Rp 25.000,00 lumayan untuk membeli lauk untuk makan malam dan besok pagi.‘Alhamdullilah, terimakasih ya Allah engkau telah memberikan rejeki untuk keluarga kami’ ucap syukur Pak Sobirin dalam hati, lalu Pak Sobirin pulang kerumahnya yang berada di desa dengan berjalan kaki.

Kira-kira 2 jam Pak Sobirin menempuh perjalanan pulang dari kota sampai ke rumahnya, disambut dengan senyuman ke dua anaknya yang sudah menunggu kehadiran bapaknya. Satu cangkir teh hangat pun sudah melepas dahaga Pak Sobirin.

“ Suci, Tanti, Alhamdullilah bapak punya rejeki, meskpun tidak seberapa, bisa untuk membayar buku-buku kalian. “ Pak Sobirin menyerahkan uang yang diberi oleh Pak Haji

Rp 100.00,00 kepada Suci anaknya.

“ Terimakasih pak! “ Jawab suci dan Tanti serempak.

“ Belajarlah yang rajin, agar cita-cita kalian tercapai, jangan contoh bapakmu ini nak! Jadilah guru atau dokter. Nak, bapakmu ini sudah tua, buatlah bapak dan ibumu bahagia, agar jika suatu saat nanti Bapakmu ini menyusul ibumu, kalian dapat mandiri! Ingatlah itu!” Nasihat Pak Sobirin kepada Suci dan Tanti.

“ Iya pak, kami berdua akan slalu mengingat nasihat bapak dan akan menjalankannya.” Jawab Suci mewakili adiknya.

“ Sekarang Belajar! Setelah itu segeralah istirahat! “

“ Ya, pak “ Jawab Tanti sambil berlari-lari.

***

Burung-burung bernyanyi riang menyambut cerahnya pagi ini, Pak Sobirin memasang topi kumalnya di kepalanya, lalu berangkatlah Pak Sobirin untuk kembali bekerja memunguti sampah-sampah dan barang-barang bekas di setiap kampung, perumahan, dan jalan raya. Tubuhnya tertutup Karung kumal, hingga dilihat dari belakang, seperti karung berjalan. Pekerjaan Pak Sobirin sangatlah mulia, jika tidak ada Pak Sobirin, tidak ada lagi seorang pemulung yang baik hati, ikhlas, penuh senyum, jujur, dan tekun, tanpanya lingkungan kampung, perumahan, dan jalan raya akan kotor, sampah berceceran dimana-mana. Memang, siapa yang mau mengorek-orek tong sampah yang bau ? Siapa yang akan membersihkan selokan-selokan yang sangat bau ? kalau bukan seorang pemulung yang ikhlas menjalankan pekerjaannya. Semua itu Pak Sobirin lakukan demi menghidupi ke dua anaknya yang sudah tidak memiliki kasih sayang seorang ibu, semua itu Pak Sobirin lakukan dengan tulus dan ikhlas demi menyekolahkan ke dua anaknya agar menjadianak yang pandai, agar nantinya tidak seperti dirinya.

***

Hari sudah sore, Tinggal beberapa langkah lagi Pak Sobirin akan sampai ke rumahnya. Benar saja, Suci dan Tanti sudah menyambutnya dengan secangkir teh hangat dengan wajah yang berseri-seri. Setelah menunggu bapaknya meminum secangkir teh hangat buatannya, Suci memberi kabar gembira.

“ Pak, Suci memenangkan Olympiade Matematika tingkat Provinsi, berkat do’a bapak, terimakasih pak!” Suci menunjukan medali kepada bapaknya, belum-belum bapaknya menjawab, adiknya Tanti yang masih berumur 5 tahun pun memamerkan apa yang telah ia raih.

“ Tanti juga dapat pak! Tadi bu guru bilang kalau Tanti mendapatkan juara 1 menggambar! “ Pamer Tanti tak mau kalah dengan kakaknya.

“ Bagus… kalian semua adalah anak bapak yang cerdas dan solehah! “ Pujian Pak Sobirin menyemangati ke dua anaknya.

Semua pun tertidur pulas dengan mimpi-mimpi indahnya hingga pagi pun datang kembali. Seperti biasa, Pak Sobirin pun menjadi karung putih yang berjalan sendiri, mengelilingi kampung-kampung mengorek-orek tong sampah, membersihkan selokan setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, setiap tahun…atau bahkan untuk selamanya? Yang pasti pekerjaan itu adalah pekerjaan yang mulia. Mungkin sebutan yang cocok untuk dirinya adalah “ Pahlawan Kebersihan “.

TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar

 

Satu Cangkir Teh Tawar Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template