Yang akan kutulis nanti merupakan kejadian menarik yang
gila, mengesalkan, kampret, lucu, sekaligus membuatku merasa bersalah. Peristiwa
ini terjadi pada 29 Desember 2014, sangat dini hari sekitar pukul satu
pagi.
Jadi begini awal mula kisahnya,
28 Desember malam merupakan momen yang besar dan berharga
bagiku, bagi sekolahku, bagi para panitia dan aktor, dan tentunya bagi Teater
SUTERA SMAN 9 Yogyakarta, yang saat itu mempersembahkan sebuah karya seni dalam
bentuk pentas besar teater di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta. Sebagai panitia
yang turut bertanggung jawab atas terlaksananya penbes ini (Wusss!), sejak h-4
aku mulai datang ke TBY untuk sekedar bantu-bantu, h-2 aku sudah mulai pulang
malam, yaitu sekitar pukul 9- 9.30 malam, h-1 nya pun aku menginap di TBY
bersama beberapa teman. Awalnya orang tua ku tidak mengijinkanku menginap,
namun karena sikon yang sejak sore hujan deras, dan nampaknya akan terus
berlanjut hingga pagi nanti, akhirnya dengan terpaksa orang tuaku pun
memperbolehkanku menginap.
Tidur kami sudah tentu tidak nyenyak, karena ya bayangkan
saja kami harus tidur di kursi penonton yang luasnya tidak cukup untuk
berguling kesana-kesini. Setelah berkali-kali mengubah posisi tidur kami, yang
nggak ada yang enak, akhirnya aku memutuskan untuk tidur di bawah saja, untung
lantainya berlapis karpet, jadi tidak terlalu dingin.
Malam itu aku hampir tak bisa tidur, sementara teman-temanku
nampaknya sudah tertidur lelap. Akhirnya kuputuskan untuk mendengarkan lagu
dengan earphone sebagai pengantar tidurku. Entah mulai kapan aku bisa
benar-benar tidur, aku pun tak tahu, karena rasanya aku sudah tidur namun
otakku masih bisa berpikir. Hingga sesuatu membuatku kaget dan heran, aku
mendengar percakapan Diba dan Nada secara samar-samar.
“Pulang
sekarang yuk, Dib”
“Iya
pulang sekarang aja yo, Nad , edan tenan”
Sebatas
itu convo yang kudengar. Seketika itu juga aku penasaran dan kaget, ada apa
gerangan yang membuat mereka ingin pulang di jam segini? Aku saja baru bisa
tidur, kok mereka sudah mau pulang? Apa mereka saking tidak betahnya tidur di
sini? Pikiranku bercampur dengan mimpiku yang tidak jelas.
“Diba,
Diba! Ini jam berapa sih?” tanyaku tak jelas, setengah mengigau.
“Ini
siang atau malam sih?” tanyaku lagi antara mimpi dan nyata. Kudengar Diba
tertawa mendengar pertanyaanku.
“Ini
pagi, Oneng!!” teriaknya kepadaku sambil tertawa. Kemudian aku langsung bangun
tidak percaya. Kenapa pagi datang begitu cepat di saat sepertinya aku saja baru
bisa tidur?
Setelah
sholat subuh kamipun berkemas pulang, sebelum pulang aku, hanim, dan uti mampir
sebentar mengisi perut yang kosong sejak tadi malam dengan semangkuk bubur ayam
Jakarta di daerah Sagan. Setelah sarapan seadanya, kami pun pulang. Di rumah,
orang tuaku menyambut kedatanganku dengan baik. Setelah mandi dan sarapan untuk
yang kedua kalinya, aku pun berniat untuk tidur sebentar saja nanti aku harus
kembali ke TBY lagi, mungkin 15-30 menit
untuk membayar utang tidurku semalam.
.........................
..........................
Kudengar
suara mama memanggil-manggilku berkali-kali, namun sepertinya aku tidur terlalu
lelap. Bahkan aku kira aku sedang tidur malam, pasalnya aku asyik dengan
mimpiku. Aku baru benar-benar bangun setelah mama bilang, “Ke TBY lagi nggak?”
Sontak
aku terloncat dari tempat tidurku, memandang jam dinding lekat-lekat, kemudian
terkejut melihatnya menunjukan pukul 1 siang. Oh No! Rencanaku tidur 15 menit
saja dan nyatanya aku tidur selama 5 jam. Aku gelagapan dan panik, pelatih
teater sudah menegaskan kami harus hadir di TBY pagi, dan ini sudah siang. Ku
bayangkan jalanan malioboro yang macet total, aku semakin panik ketika ingat
bahwa aku belum mandi, belum makan siang, belum menyiapkan ini itu.... Oh
Tidak!
Kisah belum selesai, simak kelanjutannya!
TBC
0 komentar:
Posting Komentar